Senin, 08 Maret 2010

Tentang Keping Hati

Suatu Masa
: malaikatku, penakluk hatiku
Kau datang saat aku tengah berkemas
memilah dan memilih musim yang akan ujelang
kau datang bersama angin
tapi tak kurasa hembusannya

melumat waktu
itu yang kau lakukan, lembut
pun detik terhenti''kita bergelora
beradu dalam kesementaraan waktu

ia-mu, seketika
menarikmu dariku
tinggalkan aku dalam labirin tak berpintu
tergugu ku?
pada waktu yang terbahak menertawakanku
bebas dari detik yang terhenti
kisi waktu tak bercelah
mengapa jeda itu pisahkan dua hasrat
dan hei,
mengapa dadaku bolong, terasa nafas sang angin
sekejap mata mencari dirimu,
bukan, bayangmu tepatnya

tak bisa ku menahan tawa dan air mataku
hatiku kaubawa di tangan kananmu
sementara tangan kirimu ditarik pasungnya

guling-guling ku terbahak dan menangis
gelepar di antara jiwa yang sedang gila
merana

seperti itulah aku ketika kau tak lagi di sisi
mengenalmu adalah anugerah dalam setiap hela nafas baruk
tak ada kekuatan apapun yang bisa menyalahkan hatimu dan hatiku untuk bersatu
tidak juga ia yang telah lebih dulu mentahtakan dirimu di singgasana hatinya

kau penakluk hatiku
begitulah nyata
dalam setiap detik waktu bergulir
kaulah orangnya

namun tak lagi begitu
kini tetap semua berjalan
sediakala
kau dengannya
aku tetap sendiri

memang tak ada yang bisa menebak akhir dari rancanganNya bukan?
meski kita berkilah sembunyi dariNya
tetaplah Ia tuntun kita ke jalan yang seharusnya kita jalani
dan tentu Dia tetap menyatukan kita dengan kasihNya bukan
melebihi apapun

maaf bila aku tak bisa datang
tidak, bukan karena aku tak kuat
namun, dia takkan senang melihat wajahku
yang katamu seperti malaikat ini, di sana

wajar

kebencian telah mendarah daging di nadinya
meski beribu maaf aku haturkan
takkan luluh hatinya untuk berjabat tangan denganku

tidak...
berhantilah menyalahkan diri sendiri
masih? Menyesali telah membuatku jauh ke dalam lorong hatimu dan kehidupannya?
sudahlah, takkan berhasil mengubah keadaan
bukankah hasilnya hati kita telah menyatu
meski bukan raga kita yang berpadu?
tidakkah kau senang dengan kenyataan ini

tiada yang athu akan hari esok
namun tak ada yang salah jika kita tetap berbagi kasih
kasih yang tulus
ikhlas

kau... penakluk hatiku
tak ada yang bisa kuberi sebagai kado untukmu
doa adalah kado terbesar bukan?
bersama berlaksa-laksa malaikat di atas sana
aku akan selalu mendoakanmu (dan dia)
kembali merajut kasih yang hanya dari Dia
selalu berbahagia...

karena di sini aku
juga selalu berbaagia...
demi dirimu

meski emang perih,
tak apa....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar