Selasa, 16 Maret 2010

Gerimis di Kantung Mata

sekali du kali menyisir gelisah
pada risau anak dara dalam buaian ayah
mendung mega siratkan resah
menilik riak adakah merayu rupa

semu

dalam negeri jiwa-jiwa terserak
satu dibabat seribu merambat
teriak anak-anak memekak
tangis merebak
membanjiri

merah menjilat-jilat udara sekitar
malam pekat tak lagi gelap
segenap raga tak berjiwa
berhamburan
berteriak lantang tak beraturan

pecah

bumi getar, alam muntah
segala ruah, dada debar
tak sadar ragaku ikut kumpulan
tak sanggup teriak, hanya nafas
tak beraturan

mau kemana langkah
sampai lemah lelah
tak ada liang tuk merebah

hanya gerimis di kantung mata
di depan dua gerbang
pun masih terkunci

:apa harus pergi dulu ke neraka dan surga untuk tahu bahwa saat ini sudah terlambat untuk kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar